Filsafat

Filsafat merupakan bagian dari ilmu pengetahuan, dan merupakan sebuah ilmu yang sudah lama dipelajari oleh manusia. Sampai dengan saat ini, filsafat secara keilmuan telah menjadi sebuah kajian pada sistem pendidikan dalam sebuah sekolah tinggi atau universitas. Kini ia sudah berada pada tingkat fakultas atau program studi yang membuktikan bahwa eksistensinya sebagai sebuah ilmu tidak bisa dianggap sebelah mata. Ada beberapa literatur yang bahkan mendeskripsikan filsafat merupakan inti dari berbagai ilmu pengetahuan, hulu dari segala ilmu seperti ilmu sosial, ilmu yang membahas tentang alam semesta, sampai dengan bagaimana cara manusia mendeskripsikan sesuatu.

Rene Descartes
Descartes Bapak Filsafat Modern

 

 

 

  

 

 


Menurut arti kata, filsafat terdiri atas kata philein yang berarti cinta dan hasrat yang besar atau berkobar-kobar atau yang sungguh-sungguh. Kebijaksanaan artinya kebenaran sejati atau kebenaran yang sesungguhnya. Jadi, filsafat artinya hasrat atau keinginan yang sungguh-sungguh akan kebenaran sejati. Menurut pengertian umum, filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakikat segala sesuatu untuk memperoleh kebenaran. Filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang hakikat. Ilmu pengetahuan tentang hakikat menanyakan apa hakikat atau inti atau esensi segala sesuatu. Dengan cara ini, maka jawaban yang akan diberikan berupa kebenaran yang hakiki. Ini sesuai dengan arti filsafat menurut kata-katanya. Dengan pengertian khusus, karena filsafat telah mengalami perkembangan yang cukup lama dan dipengaruhi oleh faktor-faktor yang kompleks, maka timbul berbagai pendapat tentang arti filsafat dengan kekhususan masing-masing. (Sukarno Aburaera, 2013: 18).

Berdasarkan penjelasan teori ini, dapat dimengerti bahwasanya filsafat dapat disejajarkan dengan upaya untuk mendapatkan sebuah kebenaran, hal ini tentu dibawa oleh semua aspek keilmuan, karena pada dasarnya ilmu pengetahuan adalah sebuah upaya manusia untuk mendapatkan apa yang juga disebut dengan kebenaran. Setiap teori, atau pendapat keilmuan bisa saja gugur jika kebenarannya tidak bisa dibuktikan menggunakan akal, atau terbantahkan dengan teori dan pendapat keilmuan baru yang muncul. Filsafat yang luas konteksnya, dan tentu bisa dibawa ke banyak arah sesuai dengan maksud dan tujuan pemilik gagasan, maka pada akhirnya muncullah banyak filsuf dengan ide dan gagasan yang berbeda-beda.

Orang yang suka mengajukan pertanyaan, yang terus menerus mempersoalkan segala sesuatu dapat disebut sebagai filsuf. Jika demikian, apakah semua orang dapat disebut sebagai filsuf? Berdasarkan hakikatnya, semua orang dapat disebut filsuf, sejauh memiliki sifat-sifat suka mempertanyakan atau mempersoalkan segala sesuatu tersebut. Ada pendapat yang mengatakan bahwa semua orang dapat disebut sebagai filsuf umum. Istilah ini digunakan untuk membedakannya dari filsuf khusus, yakni mereka yang secara khusus membaktikan hidupnya dan menjadikan filsafat sebagai profesi. Merekalah orang yang mempertanyakan segala sesuatu sebagai mata pencahariannya, yang mempersoalkan gagasan-gagasan, mendiskusikan, dan menuliskannya, yang mencari hubungan-hubungan antara satu pemikiran dengan pemikiran lainnya. Barangkali, kelompok kedua ini yang pantas disebut sebagai ahli filsafat atau filsuf dalam arti yang khusus (Yeremias Jena, 2015: 6-7).

Deskripsi dari Yeremias Jena ini memberikan pemaknaan adanya perbedaan antara sebuah keinginan untuk mencari kebenaran dengan proses pencarian kebenaran yang dilakukan terus menerus dan intens, sehingga bisa dikatakan bahwa profesi seseorang yang disebut filsuf adalah yang mendedikasikan seluruh hidupnya untuk filsafat. Sebagai sebuah profesi, filsuf tentu juga mendapatkan imbalan dari pekerjaannya, dan sudah barang tentu dapat mencukupi kebutuhan hidup dari kegiatan kefilsafatannya itu. Tapi memang, tidak harus seberat itu memandang seorang filsuf, para pencari kebenaran ini juga belum tentu mengharapkan materi atas upayanya, misalnya ada seorang filsuf yang berkonsentrasi untuk mendapatkan kebenaran atas banyak hal yang masih menjadi perdebatan, tetapi ia dilahirkan dari golongan yang tercukupi secara materi, atau ia memiliki keterampilan untuk mencari dan mengungkap kebenaran, tetapi memiliki pekerjaan lainnya, seperti sebagai pengajar, atau dosen yang memang berdekatan dengan filsafat itu sendiri.

Referensi:

  • Sukarno Aburaera, Muhadar & Maskun, Filsafat Hukum: Teori & Praktik, Jakarta: Kencana, 2013.
  • Yeremias Jena, Filsafat Ilmu: Kajian Filosofis atas Sejarah dan Metodologi Ilmu Pengetahuan, Yogyakarta: Deepublish, 2015.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Eksistensi Diri

Mohammad Hatta

OPPO Electronic Corp, Ltd