Eksistensi Diri

Manusia sebagai makhluk sosial tentu tidak terlepas dari bagaimana cara manusia bersosialisasi dengan manusia yang lainnya. Ketika melakukan kegiatan yang berhubungan dengan manusia lainnya, tentu sebagai seorang individu manusia akan berupaya untuk dapat menunjukkan eksistensinya di hadapan manusia yang lain. Eksistensi yang secara harfiah merupakan sebuah keberadaan, maka eksistensi diri secara sederhana dapat diterjemahkan tentang bagaimana keberadaan diri seseorang itu dianggap/diakui oleh orang yang lain. Lalu apa sebenarnya eksistensi diri itu?

Eksistensi Diri
Gambar Hanya Ilustrasi

Eksistensi berasal dari Bahasa Inggris exist yang berarti ada, terdapat, hidup atau dirasakan keberadaannya.Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia eksistensi adalah keberadaan, kehadiran yang mengandung unsur bertahan. Sementara itu, Abidin Zainal berpendapat dalam bukunya Analisis Eksistensial: Sebuah Pendekatan Alternatif untuk Psikologi dan Psikiatri, bahwa eksistensi adalah: Suatu proses dinamis, menjadi atau mengada. Ini sesuai dengan asal kata eksistensi itu sendiri, yakni existere yang artinya keluar dari, melampaui atau mengatasi. Jadi, eksistensi tidak bersifat kaku dan terhenti, melainkan lentur atau kenyal dan mengalami perkembangan atau sebaliknya kemunduran, tergantung pada kemampuan dalam mengaktualisasi potensi-potensinya. (Afrizal Nur Islami, dalam Instagram: Media Sosial dan Eksistensi Diri Remaja Berprestasi di Kota Palu, Jurnal Kinesik, Vol.5 No.3 Tahun 2018).

Dari pendapat di atas, dapat diketahui bahwasanya eksistensi sangat berhubungan erat dengan aktualisasi diri, dengan proses aktualisasi ini maka seseorang dapat menciptakan sebuah citra tentang dirinya kepada publik. Tanggapan publik sangat berpengaruh terhadap bagaimana eksistensi seseorang, jika publik menyukai aktualisasi seseorang sebagai upaya pendeskripsian siapakah dirinya sebenarnya, maka secara perlahan ia telah membangun eksistensi yang baik. Sebaliknya, bisa saja publik menganggap bentuk-bentuk aktualisasi itu biasa saja, sehingga tidak dapat membangun citra seseorang di hadapan publik.

Eksistensi merupakan sesuatu yang tidak tetap, hal ini dikarenakan pandangan publik akan selalu berubah terhadap seseorang tergantung dari apa yang seseorang itu perbuat atau sikap seseorang tentang suatu hal. Perkataan, perilaku dan tindakan dalam mengaktualisasikan diri akan mempunyai dampak terhadap eksistensi seseorang. Itulah sebabnya, mengapa eksistensi adalah sesuatu yang lentur, mudah berubah, dan sangat sensitif terhadap sesuatu hal yang terjadi pada si pemilik eksistensi diri tersebut.

Masih dari Jurnal Afrizal Nur Islami, menurut Frankl di dalam buku Phcychoteraphy and Existentialism dikutip oleh Schulz ada tiga faktor yang mempengaruhi eksistensi manusia, yaitu spiritualitas, kebebasan dan tanggung jawab. Faktor spiritualitas seseorang sangat berpengaruh terhadap cara pandang orang lain terhadap dirinya. Tidak hanya itu saja, faktor spiritual seseorang juga mempengaruhi bagaimana cara seseorang membangun eksistensi dirinya sendiri. Orang yang memiliki tingkatan spiritual yang buruk, tentu akan membangun citra dengan cara-cara yang tidak baik, karena pada hakikatnya penilaian seseorang terhadap dirinya tidak akan berarti apa-apa jika semua yang ia tampilkan di hadapan publik adalah sebuah kebohongan.

Selanjutnya adalah kebebasan. Kebebasan adalah sesuatu yang mutlak diperlukan dalam membangun eksistensi diri. Tanpa adanya kebebasan, seseorang tidak dapat mengekspresikan sesuatu yang baik. Seseorang yang terintimidasi tidak akan bisa memvisualisasikan dirinya dengan maksimal. Pengekangan akan menghilangkan eksistensi diri seseorang, karena apa yang diekspresikan oleh orang-orang yang terkekang adalah kepalsuan, karena bukanlah ekspresi atau aktualisasi yang memang diinginkan oleh seseorang tersebut.

Bagian terakhir dari apa yang mempengaruhi eksistensi manusia adalah tanggung jawab. Tanggung jawab memiliki peran penting terhadap eksistensi diri, hal ini berkaitan dengan poin ke dua sesuatu yang mempengaruhi eksistensi manusia, yaitu kebebasan. Kebebasan harus disertai dengan tanggung jawab, kebebasan tidak berarti bebas melakukan segala hal tanpa didasari dengan pertanggungjawaban atas apa yang sudah dilakukan. Orang-orang yang tidak bertanggung jawab tentu akan segera kehilangan eksistensi dirinya, karena pada dasarnya orang yang tidak bertanggung jawab berarti telah tidak jujur, atau telah melakukan sesuatu yang tidak sesuai tetapi ditutupi seakan-akan segala perbuatannya adalah perbuatan baik. Bagian tanggung jawab ini akan lebih mudah dipahami dengan mengibaratkan seseorang itu harus benar-benar selaras, antara pikiran, perkataan dan perbuatan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mohammad Hatta

OPPO Electronic Corp, Ltd